Bajaj Pulsar 220, ada Alternatif Lain dari Bajaj?

Pulsar 220 sudah akan diluncurkan, tinggal menunggu waktu dan kabar yang lebih jelas saja. Namun ada hal yang masih mengganjal di benak saya. Yaitu mengapa sampai sekarang Bajaj terus-terusan mengeluarkan produk yang rasa-rasanya senada, kalau tidak sport touring (Pulsar Series) ya city commuter (XCD). Dan seperti yang kita ketahui interval dari line-up Pulsar adalah 20cc, 180-200-220. Apa rasanya terlalu sempit? Mari kita bahas.

Seperti kita ketahui pasar motor sport di Indonesia berbeda dengan di India. Di negeri Bollywood tersebut, pasar motor sport sangat besar, bebek tidak populer di sana. Dengan besarnya pasar motor sport, lazim bila pabrikan di sana memfokuskan produksi di tipe motor sport. Salah satu indikasinya adalah dengan line-up yang banyak dan rapat.

Kita lihat Bajaj di India menghadirkan motor sport kelas 100cc, 125cc, 135cc, 180cc, 200cc, 220cc. Jelas termasuk rapat bila dibandingkan dengan motor sport di Indonesia. Kita lihat Yamaha Indonesia hanya menghadirkan 150cc dan 225cc. Honda hadir dengan 160cc dan 200cc. Nah strategi Bajaj menghadirkan Pulsar 220 kok rasanya berlebihan bila melihat pasar motor Indonesia, interval antar produknya terlalu rapat (20cc) menurut saya paling tidak interval yang cocok adalah 35-50cc.

Nah bila Bajaj masih ingin menghadirkan Pulsar 220 apa yang harus dilakukan supaya menghindari efek dari interval ini? Salah satunya adalah dengan menghadirkan sesuatu yang baru dari Pulsar 220. Penampilan
menjadi faktor yang penting dalam pasar ini, dan tampang Pulsar 220 terlalu mirip pendahulunya. Nah paling tidak harus ada perubahan yang jelas (hemat saya half fairing tidak cukup).

Kalau mau aman adalah dengan menampilkan sport berfairing. Aliran ini terbilang aman dibandingkan dengan trail ataupun cruiser yang di Indonesia sendiri kurang begitu laku. Setidaknya penjualan Ninja 250R sedikit memberi gambaran akan konsumen Indonesia yang menginginkan motor semacam ini. Penggantian mungkin sebatas bodi depan dan kaki-kaki. Profil ban diperlebar dan pengaplikasian monosok (kok rasanya Bajaj alergi dengan part yang satu ini ya?), diikuti penggantian setang jepit. Soal rangka yah, optional sih tapi bila ingin terlihat lebih ciamik monggo.

Dan semua berpulang pada keputusan pihak Bajaj, ini cuma pendapat saya. Rasa-rasanya Bajaj perlu lebih jeli membedakan pasar Indonesia dan India, produk yang dijual di sini tidak harus sama persis dengan yang dijual di negara asal…